My Journey to Sangiang: 50 Days that changed my life.



Kita tidak pernah benar-benar tahu pasti  apa yang akan terjadi besok. Aku menulis ini karena aku takut suatu saat akan melupakan salah satu pengalaman yang membawa perubahan besar di hidupku ini. Sudah banyak pengalamanku yang berlalu begitu saja tanpa sadar bahwa hal tersebut berharga. Karena, lagi-lagi kita tidak pernah tahu nilai suatu kejadian sampai kejadian tersebut berlalu. 

Sudah 100 hari sejak terakhir kali aku menginjak bumi nusa tenggara. Aku ingat sekali perasaan gelisah dan gairah yang begitu nyata sebelum aku tiba di sana. 

Apakah persiapanku sudah cukup? Bagaimana jika rencanaku tidak sejalan dengan yang mereka butuhkan? Apakah aku bisa memberikan yang terbaik untuk mereka? 

Saat itu, aku tidak tahu bahwa kata 'mereka' akan berubah menjadi 'kami' bagiku.
Saat itu, aku tidak tahu bahwa Sangiang akan menjadi rumah bagiku.


Satu tahun yang lalu Sangiang merupakan nama yang asing bagiku. Aku memandangnya hanya sebagai objek, sebagai project. Kuliah Kerja Nyata, salah satu mata kuliah wajib yang harus kupenuhi sebelum lulus. Sangiang, tempat KKN-ku nanti, tempatku belajar mengabdi. 


Tapi ternyata, mengabdi berarti menjadikan diriku bagian dari mereka. Bukan hanya memberi. Tapi diberi. Aku rasa, setelah di sana, aku lebih banyak menerima dibandingkan aku memberi. Mungkin tulisan ini akan terlalu panjang jika hanya aku jadikan satu postingan. Aku akan menulis beberapa tulisan lagi setelah ini; 

Sangiang,
Karombo. Rumah keduaku, 
Tim KKN-ku,

dan hal berharga yang aku dapatkan di sana.





- Shandra.

Comments

Popular posts from this blog

Maaf, cinta...

Houtarou Oreki

Kartografi Penginderaan Jauh 2.0 : Pendahuluan